Selasa, 16 Februari 2016

penjelasan tentang Nata de Coco dan mikroorganisme yang digunakan

Nata de Coco adalah nama produk olahan yang dibuat dari air kelapa dengan bantuan bakteri Acetobacter xylinum. Nata de Coco merupakan makanan olahan dari sari kelapa ini mulai diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1987. Nata de Coco adalah bahan padat seperti agar-agar tapi lebih kenyal atau seperti kolang-kaling, tetapi lembek, berwarna putih transparan. Sejenis makanan  penyegar atau pencuci mulut dan dapat dicampur ke dalam eskrim, fruit coctail, yoghurt dan sebagainya. Air kelapa adalah bahan baku utama pembuatan Nata de Coco, sebaliknya air kelapa yang digunakan berasal dari buah kelapa hijau yang matang. Air kelapa yang digunakan harus murni tidak bercampur dengan air maupun kotoran, namun tidak harus selalu dalam keadaan segar (air kelapa baru). Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain Magnesium serta adanya faktor pendukung  pertumbuhan (growth promoting factor), merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum). Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter  xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco.
Air kelapa yang digunakan dalam proses fermentasi harus memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan untuk menghasilkan nata yang baik. Air kelapa harus berasal dari kelapa yang telah matang, tidak terlalu muda atau tua. Sebelum dimasukkan biakan bakteri nata de coco, ditambahkan karbohidrat, nitrogen dan asam cuka untuk menunjang kehidupan bakteri ini. Sukrosa merupakan senyawa yang paling baik bagi pertumbuhan  bakteri Acetobacter xylinum.  Nitrogen yang ditambahkan ke dalam air kelapa berasal dari nitrogen organik seperti protein dan ragi. Namun, dapat juga menggunakan nitrogen non organik seperti urea, amonium sulfat [(NH4)2SO4] dan amonium fosfat (NH4)3PO4. Jika dibandingkan dengan nitrogen organik, biaya penggunaan nitrogen non organik lebih murah dan kualitasnya pun cukup baik. Bahkan amonium sulfat sangat baik dijadikan bahan tambahan pembuat nata de coco karena harganya sangat ekonomis, mudah larut dalam larutan lain dan sangat selektif terhadap  pertumbuhan mikroba lain Asam cuka atau asam asetat yang ditambahkan dalam air kelapa berfungsi untuk mengurangi atau meningkatkan derajat keasaman. Jenis asam cuka yang paling  baik untuk menghasilkan nata yang berkualitas adalah asam asetat glacial dengan konsentrasi keasaman sebesar 99,8%. Asam asetat dengan konsentrasi keasaman yang lebih rendah dari asam asetat glacial dapat pula digunakan dalam proses fermentasi ini, namun dibutuhkan dalam jumlah yang banyak guna memenuhi derajat keasaman yang dibutuhkan bakteri nata de coco.
Nata termasuk produk hasil fermentasi, bakteri yang digunakan adalah bakteri Acetobacter xylinum jika ditumbuhkan di media cair yang mengandung gula (seperti air kelapa), bakteri ini akan menghasilkan asam cuka atau asam asetat dan lapisan putih yang terapung-apung di permukaan cari tersebut. Bakteri ini membentuk masa yang kokoh dan dapat mencapai ketebalan beberapa centimeter. Bakteri ini sendiri terperangkap dalam masa yang dibuatnya. Menurut Pratiwi et al., 2004 adapun pembentukan asam cuka oleh bakteri Acetobacter xylinum adalah sebagai berikut: Pembuatan Nata de Coco yaitu pemanfaatan sumber gula sebagai sumber tenaga, sebagian gula disintetis menjadi selulosa atau Nata, sebagian gula diuraikan menjadi asam cuka yang menurunkan derajat keasaman (pH) medium sampai 3.0 – 2.5 sehingga medium semakin asam. Untuk dapat menghasilkan masa yang kokoh, kenyal, tebal putih, dan tembus pandang, diperlukan suhu inkubasi (pemeraman) komposisi, dan derajat keasaman (pH) media Acetobacter xylinum

Demikianlah informasi tentang nata de coco yang saya dapatkan semoga dapat bermanfaat :D

dampak negatif psikotropika terhadap tubuh manusia

         DAMPAK NEGATIF PSIKOTROPIKA BAGI                                              TUBUH KITA 


Dampak Negatif Zat Psikotropika Salah satu zat psikotropika yang tergolong zat sering digunakan adalah amfetamin untuk mengurangi berat badan karena menghilangkan rasa lapar. Amfetamin juga dapat menghilangkan rasa kantuk bahkan kadang dipakai olahragawan sebagai dopping (tetapi pemakaian dopping tidak sah).
Jika zat psikotropika digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan/kecanduan. Kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.

Dampak kecanduan narkoba dan/atau zat psikotropika:
Dampak terhadap fisik, antara lain gangguan pada sistem saraf, gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), gangguan pada kulit (dermatologis), dan gangguan pada paru-paru (pulmoner). Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengonsumsi obat pada waktunya).
Dampak terhadap psikis (rohani), antara lain lamban kerja, ceroboh, sering tegang dan gelisah, hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal, sulit berkonsentrasi,
perasaan kesal dan tertekan, cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
Dampak sosial bagi pecandu zat psikotropika, antara lain gangguan mental, antisosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan, merepotkan dan menjadi beban keluarga, pendidikan menjadi terganggu, serta masa depan suram.

Ciri-Ciri Fisik Korban Ketergantungan Zat Adiktif dan Psikotropika
• Mengalami gangguan pada sistem saraf (neurologis), antara lain kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan saraf tepi.
• Mengalami gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler), antara lain infeksi akut otot jantung dan gangguan peredaran darah.
• Mengalami gangguan pada kulit (dermatologis), antara lain penanahan (abses), alergi, dan eksim.
• Mengalami gangguan pada paru-paru (pulmoner), antara lain penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernapas, dan pengerasan jaringan paru-paru.
• Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati, dan sulit tidur.
• Mengalami gangguan kesehatan reproduksi, yaitu pada endokrin, seperti penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.
• Mengalami perubahan periode menstruasi (remaja perempuan), ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
Cara Pencegahan dan Penyembuhan Akibat Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika
Upaya menghentikan penyalahgunaan zat adiktif dan psikotropika tidaklah mudah karena sifat ketagihan dan ketergantungan yang ditimbulkannya sangat kuat. Oleh sebab itu, upaya pengobatan harus diikuti dengan upaya pencegahan agar mantan pecandu tidak kembali lagi menjadi pecandu. Ada tiga tingkat pencegahan, yaitu:
• Pencegahan Primer, yaitu upaya pencegahan agar orang sehat tidak terlibat penyalahgunaan 

zat adiktif dan psikotropika. Pencegahan ini biasanya
dilakukan dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, dan pendekatan melalui keluarga.
• Pencegahan Sekunder, yaitu upaya pencegahan pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (terapi).
• Pencegahan Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi mereka yang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan.
Penggunaan Zat Adiktif dan Psikotropika dalam Bidang Kesehatan

Zat Stimulan, yaitu zat yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran sehingga kemampuan beraktivitas akan meningkat selama beberapa jam. Jenis zat stimulan, antara lain kafein, kokain, dan amfetamin. Contoh zat stimulan yang sekarang disalahgunakan adalah shabu-shabu dan ekstasi.

Zat Depresan, yaitu zat yang menekan sistem saraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Jenis zat adiktif depresan, antara lain opioda dan berbagai turunannya, seperti morfin dan heroin. Contoh yang disalahgunakan adalah putaw.

Zat Narkotika, yaitu zat analgesik kuat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dalam pembedahan. Zat yang termasuk kelompok narkotika adalah ganja, opium, dan kokain.
Alkohol, zat yang digunakan untuk membunuh kuman dan bakteri (sebagai desinfektan). Alkohol juga dipakai untuk mencuci alat-alat kedokteran.

Jaringan penyusun daun dan fungsi - fungsi nya

Jaringan penyusun daun dan fungsinya 


1. Epidermis


Jaringan epidermis selalu terletak paling luar pada semua organ tumbuhan, begitu jua dengan daun. Jaringan ini tersusun atas selapis sel yang tersusun rapat. Keberadaan epidermis sangat penting bagi tumbuh kembang tumbuhan. Peran utama sebagai pelindung jaringan yang ada di bawahnya, baik dari kerusakan mekanis, paparan cahaya, patogen, atau perubahan suhu yang ekstrem, dan sebagai pintu masuk keluarnya zat. Begitu banyaknya proses yang terjadi di epidermis daun, jaringan ini mengalami modifikasi yang bervariasi pada tumbuhan. Adapun modifikasi epidermis penyusun daun antara lain:

a. Kutikula

Merupakan lapisan lilis yang terdapat di epidermis atas daun. Terbentuk dari proses penebalan dinding sel luar epidermis atas. Adanya kutikula berfungsi sebagai pelindung dan mencegah penguapan yang menyebabkan kehilangan air melalui epidermis atas daun.

b. Stomata 

Atau mulut / celah daun yang terbentuk dari lapidan epidermis bawah daun. Berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida, dan juga dapat berlangsung proses penguapan air. Oleh karena itu, tumbuhan xerofit (habitat kering) memiliki struktur daun yang kecil (duri) atau tidak memiliki daun sama sekali. 

c. Trikomata

Disebut juga sel rambut halus yang terbentuk di epidermis permukaan atau bawah daun. Fungsinya tak jauh berbeda, yakni mencegah penguapan berlebih.

d. Bulliform dan velamen

Sel penyimpanan air, yang terbentuk dari beberapa sel epidermis penyusun daun membentuk sel yang ukurannya lebih besar dibanding sel epidermis lainnya

2. Parenkim

Jaringan parenkim yang menyusun daun disebut dengan mesofil daun atau daging daun, hal ini karena mengisi sebagaian besar ruang pada daun. Mesofil daun terdapat dengan dua jenis sel yang berbeda namun memiliki fungsi yang sama yakni tempat utama terjadinya fotosintesis. Macam parenkim yang menyusun daun yaitu:

a. Palisade (jaringan tiang)

Palisade memiliki bentuk memanjang, terletak tepat dibawah epidermis atas. Sel – sel palisade tersusun rapi dan rapat. Palisade memiliki kloroplas lebih banyak dibanding spons. Oleh karena itu intensitas fotosintesis yang terjadi pada palisade lebih banyak dibanding spons. 

b. Spons (jaringan bunga karang)

Memiliki bentuk seperti sel – sel parenkim yakni hexagonal yang tersusun sangat longgar sehingga terdapat rongga antar sel yang cukup besar. 

3. Kolenkim


Merupakan jaringan penguat yang terletak di tulang daun dan antara jaringan parenkim di lumen daun. Fungsinya ialah untuk menguatkan bentuk daun baik dari terpaan angin atau lainnya. 

4. Pengangkut


Jaringan pengangkut terletak di antara mesofil daun dan epidermis bawah daun. Jaringan pengangkut pada daun tersusun berdampingan, xilem memiliki struktur sel yang besar sementara floem memiliki sel yang kecil dan rapat. Keduanya mengangkut zat yang berbeda. 

Xilem pada daun memudahnya penyampaian air dan garam mineral yang dibawa oleh xilem akar sampai pada sel – sel di ujung daun. Sementara floem daun merupakan pintu pertama dimana distribusi makanan (glukosa) hasil fotosintesis yang berlangsung di daun akan diedarkan.